Kamis, 27 Oktober 2011

Pulau Madura

this song just for my town, madura island.

*
tak kenal umur beriring bersama
pulauku kaya madura namanya
slalu dihati hanya kau kucinta
pesisir pantai langit merona


pulau kecil diujung jawa timur
pantai dan lembah berdiri terukur
hangatnya ombak bersama berjemur
tiap insan pastilah semua akur

angin disana berdesir membuai
ku terlena badan ini terkulai
panas memuai senja menyambut
sore beranjak malam merenggut


#
madura.. engkaulah kampung halamanku
tiada pengganti dalam pilu
pengalaman yang ada takkan buatku ragu


BLC is in the house now
salam kabbi ka reng madure
je' todus daddi reng madure

kembali ke *

suara lantang itu sudah hal biasa
memang itu ciri khas yang kita punya
pemberani memang jadi citra
orang madura tak gentar siapa saja

kalau kau tanya harga diri kita
tak banyak bacot biar golok yang bicara
saling membantu antar sesama
sudah jadi tradisi sejak dahulu kala

kembali ke # (2X)

Sabtu, 22 Oktober 2011

malam yang indah.

hei, satnite! aku tahu, malam ini akan menjadi malam terindahku. ya, dengan tugas-tugas aku akan bercinta malam ini. terimakasih !

Kamis, 13 Oktober 2011

fiksi tengah malam

mulai beberapa malam kemarin, aku berusaha membuat catatan di facebook ketika tengah malam. dan aku menamainya fiksi tengah malam. itu berupa curhatanku selama 1 malam penuh pada malam itu. malam yang penuh lelah. berikut diantaranya :


fiksi tengah malam
by Kabul Haifid on Monday, 10 October 2011 at 23:56

malam ini, 23:45.

perantau itu masih cekatan mengerjakan tugasnya. kamarnya berantakan seperti kapal pecah. baru 1 tugas yang selesai ia kerjakan. padahal, besok ribuan tugas menanti dia. matanya sudah berkunang-kunang. tempat itu menjadi sunyi, senyap.

dia terpaku dalam kesendirian. menulis kata demi kata yang seharusnya tidak ia tulis.

"ah, aku masih lebih beruntung.", gumamnya dalam hati.

entah apa yang dia rasakan, entah apa yang akan terjadi kemudian. ia tetap sendirian.
dan ia menikmati malam seiring dengan turunnya hujan.


fiksi tengah malam (2)
by Kabul Haifid on Tuesday, 11 October 2011 at 23:01

perantau itu tergeletak lemah tak berdaya. padahal masih banyak tugas yang belum ia selesaikan.
ia hanya berharap semoga tidak sakit. matanya berkunang, memutar, ke kiri dan ke kanan.

sesuatu tentang listrik memang menjadi momok baginya. maka ketika otak sudah berpikir keras dan tak kunjung menemukan jawabannya, ia pun menyerah dan putus asa.

alunan lagu indah LYLA - baik disini menemaninya malam ini. percaya bahwa kekuatan mimpi selalu ada. ini semua untuk masa depan, katanya.
masa depan yang seperti apa, entahlah.

meskipun malam ini tanpa hujan, ia tetap terlelap dengan semua kenangan.


fiksi tengah malam (3)
by Kabul Haifid on Wednesday, 12 October 2011 at 23:53

mata sebelah kirinya seperti dipukul orang. biru, layu.
sembab sudah. malam ini lebih baik karena ia sudah menyelesaikan 2 tugas sekaligus.

tak ada lagu yang diputar malam ini. tak ada lagi hujan yang turun malam ini.
sementara ia kian lemah. terlalu banyak keluh kesah. yang menghampiri bersama masalah yang tak terarah.

jumat ia akan kembali ke kampung halaman. pulihkan ingatan akan semua kenangan. dan (semoga) ia lebih semangat dalam menyongsong impian.




biasanya malam ini aku akan menulis fiksi tengah malam (4). dan tulisan itu dibuat sekitar jam 11 malam keatas. tapi sayangnya malam ini aku bebas dari tugas-tugas yang memaksaku untuk terus begadang setiap malam. jadi mungkin fiksi tengah malam (4) itu tak ada.

besok habis jumatan aku pulkam ke madura. ouch, kangen sekali rasanya. sejak masuk kuliah beberapa bulan yang lalu aku memang tak pernah pulang. bahkan teman-temanku tak percaya. karena mereka biasanya pulang setiap hari jumat tiba, dan kembali ke surabaya saat hari minggu. meskipun asal mereka lebih jauh dariku, tapi mereka tetap pulkam. hahahaha.

kalau aku lebih melihat sikon apakah pas atau tidak untuk pulkam. nah, karena sikon untuk minggu ini pas untuk pulkam. besok saya kembali ke madura !

Senin, 10 Oktober 2011

6 pertanyaan untuk kita renungkan

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. ..

Pertama…
“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab…. “orang tua”, “guru”, “teman”, dan “kerabatnya” ..
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar…
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “kematian”.. ..
Sebab kematian adalah PASTI adanya….Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua…
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab… “negara Cina”, “bulan”, “matahari”, dan “bintang-bintang” …
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar…
Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”…
Siapa pun kita… bagaimana pun kita…dan betapa kayanya kita… tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu…
Sebab itu kita harus menjaga hari ini… dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…
“Apa yang paling besar di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab “gunung”, “bumi”, dan “matahari”.. ..
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru …
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”…
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya…
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi …
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini… jangan sampai
nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)…

Pertanyaan keempat adalah…
“Apa yang paling berat di dunia ini…???”
Di antara muridnya ada yang menjawab… “baja”, “besi”, dan “gajah”…
“Semua jawaban hampir benar…”, kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”…

Pertanyaan yang kelima adalah… “Apa yang paling ringan di dunia ini…???”
Ada yang menjawab “kapas”, “angin”, “debu”, dan “daun-daunan” …
“Semua itu benar…”, kata Sang Guru…
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan ibadah”…

Lalu pertanyaan keenam adalah…
“Apakah yang paling tajam di dunia ini…???”
Murid-muridnya menjawab dengan serentak… “PEDANG…!! !”
“(hampir) Benar…”, kata Sang Guru
tetapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”…
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati… dan
melukai perasaan saudaranya sendiri…

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN…
senantiasa belajar dari MASA LALU…
dan tidak memperturutkan NAFSU…???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun…
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH….
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita…???