Minggu, 13 Mei 2012

Bangun Kerajaan Majapahit Lewat PKM

Rasa peduli yang tinggi terhadap lingkungan mampu menumbuhkan ide kreatif untuk menciptakan hal yang bermanfaat. Begitulah yang dilakukan lima Kartini ini. Melalui Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Karya Cipta (PKM-KC), mereka coba membuat inovasi pada tata ruang dan taman alun-alun kota Mojokerto.


''Ngapain ke alun-alun, memangnya ada apa?'' ujar Rela Karlina Jalil menceritakan jawaban salah seorang pemuda Mojokerto yang ia tanyai. Rela adalah ketua tim yang beranggotakan Nur Marisa Dewi, Dwi Ariyani Khlaimah, Summa Tahta Lia serta Millati Amalia dalam menggagas PKM berjudul Rancangan Tata Ruang dan Taman Alun-alun Kota Mojokerto.

Pertanyaan sederhana itu terlontar ketika mereka berkunjung langsung ke Mojokerto untuk survey. Mereka mengaku bahwa masyarakat disana tidak memiliki fasilitas untuk sekedar berkumpul atau menikmati waktu lengang.

Keprihatinan itu pun muncul diiringi dengan keberadaan alun-alun yang kumuh oleh pedagang kaki lima (PKL) pada malam harinya. Tidak teraturnya pedagang di sana menjadi pemandangan tidak seimbang dengan keberadaannya di pusat kota. ''Perasaan dari saya kecil, alun-alun Mojokerto tetap saja seperti itu,'' celetuknya bergurau.

Dari area seluas dua hektar itulah kemudian Rela dan timnya melihat peluang untuk menjadikan wilayah itu sebagai bahan yang mereka wujudkan dalam PKM-KC. Lebih lagi, wilayah itu merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Sudah barang tentu akan menjadi nilai tersendiri untuk mendukung konsep mereka.

Dalam gagasan mereka, corak sejarah coba mereka tampilkan pada warna khas Majapahit yaitu warna Gulo Klopo. Tak hanya itu, mereka juga berniat membubuhkan nilai khas Mojopahit melalui bentuk bangunan yang mayoritas terbuat dari terakota, plasa tradisional yang berisi mainan-mainan tradisional, serta zona pertunjukkan untuk melestarikan kesenian khas Jawa dan Majapahit.

Miniatur candi-candi bersejarah yang ada di kota Mojokerto dan sarana bermain dan edukasi juga coba mereka masukkan guna menghasilkan rancangan alun-alun kota yang berwawasan budaya kental Mojopahit. ''Kita buat konsep ini secara lengkap,'' ucap mahasiswi angkatan 2008 ini.

Konsep tersebut mereka buat berupa maket rancangan dan video 3D. Di samping itu, maket yang dirancang mereka padukan dengan inovasi baru yaitu membuat lighting dan sound lagu-lagu khas Jawa dan kerajaan yang nantinya akan di putar di alun-alun Mojokerto.

Baru setelah itu, mulailah mereka memikirkan upaya untuk mengembangkan dan mematangkan konsepnya. Dengan modal nekat, mereka berangkat ke Mojokerto mengendarai sepeda motor untuk menemui Rudi Ismail SSos MSi, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto.

Kedatangan mereka disambut baik oleh Rudi. Kegembiraan Rela dan tim pun bertambah ketika mereka mengetahui bahwa tahun 2013 merupakan agenda perubahan pembangunan tata kota. ''Saya sangat berharap konsep kami ini menjadi salah satu referensinya,'' ujar Rela mewakili harapan timnya.

Hampir sekitar empat bulan mereka menrampungkan PKM ini. Rangkaian seleksi pun mereka tempuh dengan cerita yang berbeda. Salah satunya adalah dalam Monitoring dan Evaluasi I (Monev I), mereka mengaku sempat kehilangan semangat pada saat itu. Bagaimana tidak, konsep yang mereka presentasikan dianggap tidak layak.

Pernyataan itu disampaikan oleh Widya Utama, selaku reviewer Dikti Namun, pernyataan mereka jadikan cambuk motivasi yang berhasil membuat mereka bangkit dan kini tinggal selangkah lagi menuju ajang bergengsi yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2012 (Pimnas).

Perjalanan mereka di Monev II berhasil meyakinkan juri dengan progress yang meningkat drastis. ''Pak Widya pun antusias sekali dengan progress tim kami,'' ujarnya riang. Kini Pimnas bagi mereka sudah didepan mata, hanya menghitung hari mereka berhasil menyelesaikan tahap terakhir yaitu Monev Dikti. ''Harapan kami sudah pasti menggulingkan gajah dikandangnya,'' jawaban mereka serentak menandai rasa optimis mereka yang berkobar.


sumber

0 komentar:

Posting Komentar

blogger yg baik selalu meninggalkan komentar.