Minggu, 13 Mei 2012

Mengabdi, Promosikan Api Tak Kunjung Padam

Ada satu wisata yang unik di Madura. Tepatnya di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan. Namanya Wisata Api Tak Kunjung Padam. Sesuai dengan namanya, api menyembur tiada henti dari tanah. Membentuk lingkaran dengan diameter sekitar tiga meter.


Tak ingin menyiakan potensi yang ada, Paramita Tri Kurniasari, Erien Murtiyaswita Potensi, Sri Wahyuni, dan Rintih Prastianing A K mencoba mengembangkan wisata yang ada di tanah garam tersebut. Melaui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang mereka garap, proses pengembangan ini sudah berjalan selama lima bulan.

''Tanahnya sulit ditanami, air saja biasanya masyarakat beli dua tangki setiap bulan,'' tutur Sri Wahyuni menceritakan kondisi di sekitaran tempat wisata. Hal tersebut mau tidak mau turut mempengaruhi perekonomian masyarakat. Oleh sebab itu, Sri dan kawan-kawan ingin secara perlahan membantu kondisi mereka dengan mempromosikan Wisata Api Tak Kunjung Padam.

Sebenarnya terdapat dua lokasi semburan api. Namun hanya satu lokasi yang menjadi focus pengembangan merekan. Lantaran satu lokasi semburan yang lain sudah mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan warga sekitar. Tak mudah untuk memulai pengembangan wisata satu ini. Banyak hal yang perlu dipugar sebelum objek wisata di dataran tinggi ini berkembang baik. Terutama dalam hal sarana dan prasarana.

''Jalannya rusak dan naik turun. Kami sudah menyurati pemerintah mengenai infrastruktur, juga ke Dinas Pariwisata,'' lanjut Sri. Masalah infrastruktur tersebut antara lain seperti perbaikan jalan, pengadaan mushola, penerangan, dan toilet umum.

Menurut Rintih Prastianing A K, PKMM ini memfokuskan promosi wisata menjadi dua cara. Yaitu secara internal dan eksternal. Secara eksternal, anggota tim telah menggencarkan promosi melalui media cetak, stasiun televisi lokal Madura, radio, serta berbagai jenis jejaring sosial. ''Nantinya kami ingin masyarakat sekitar sana mandiri untuk mengembangkan potensi wisatanya,'' Sri menambahkan.

Usaha menumbuhkan kemandirian tersebut dilakukan dengan cara memberi pelatihan menggunakan jejaring sosial kepada pemuda dan pemudi di lokasi wisata. ''Mulai dari nol. Hanya tiga orang yang punya akun facebook di sana,'' kata Rintih. Tak hanya itu, Rintih dan kawan-kawan juga telah rampung membuat buku cerita berisi sejarah Wisata Api Tak Kunjung Padam.

Sementara itu jalan internal mereka tempuh dengan menyusun struktur organisasi yang meliputi penganggung jawab, keamanan, dan lain-lain. ''Paling sulit mengubah mindset masyarakat. Sebenarnya kalau ini dikembangkan lebih dalam, bisa menggantikan perekonomian,'' pungkas Sri menambahkan.


sumber

0 komentar:

Posting Komentar

blogger yg baik selalu meninggalkan komentar.